Senin, 14 Mei 2012

Perihal Nama

Dear anakku
Mari ayah berkisah perihal namamu. Jangan pedulikan Shakespeare yang meracau apalah arti sebuah nama, padahal manusia mati ya meninggalkan nama, selain hutang dan karya. Dan gurumu nanti di sekolah dasar akan menambahkan kalimat itu dengan harimau mati meninggalkan belang dan gajah mati meninggalkan gadingnya. Namamu adalah doa Ayah dan Bunda yang dipilih berdasarkan banyak sekali pertimbangan. Bunda mempertimbangkan namamu tidak terlalu udik dan tidak terlalu canggih. Jadi nama Wahab yang ayah usulkan ketika kamu masih berusia 3 bulan di kandungan ditolak bunda dan nama Ibrahim Kenzi Lamon usulan Bundamu ayah tolak karena nama itu mengingatkan ayah pada sebuah makanan ringan bergambar koboy kecil dengan pipi gembul bergigi satu.
Sejak tahu Bunda mengandung, Ayah gerilya mencari nama untukmu. Saat itu kami tidak tahu jenis kelaminmu dan kita berdua punya feeling yang sama kalau kamu seorang perempuan. Jadilah Ayah memilih nama Inara untukmu nanti, dan Bunda juga senang dengan nama itu. Maka setiap mau tidur atau ketika berangkat kerja ayah mengelus perut Bunda dan berbisik "Inara, Ayah berangkat kerja dulu". Pada bulan ketiga Bunda melakukan pemeriksaan USG sekaligus melihat kelaminmu di praktik bidan dekat rumah. Tapi kelaminmu tak jelas bentuknya apa, mungkin kamu pemalu. Ayah dan Bunda harus menahan penasaran sampai bulan depan. Dan satu bulan kemudian Ayah dan Bunda sibuk mencari nama bayi lelaki setelah dokter Anita, yang kelak membantu proses kelahiranmu berkata pada Ayah dan Bunda 
"Bapak dan Ibu sudah tahu jenis kelamin anaknya belum? Ini lho ada bijinya jelas sekali" Katanya sambil menunjuk monitor.

Untuk urusan nama bayi lelaki pada satu titik Ayah merasa buntu. Jadi Ayah menyerahkan urusan nama ke Bunda karena Bunda yang paling semangat mencari nama sekaligus sebagai bentuk penghargaan Ayah kepada Bunda yang selama sembilan bulan mengandung. Dengan syarat nama belakangnya adalah Hardi Putera, sebagai identitas dari nama Ayahmu dan juga sebagai dimulainya klan Hardi dimulai. Bunda menerima, dengan berat hati.

Nama Alif sendiri pilihan Bunda yang langsung ayah setujui sekitar bulan Januari 2012 karena kamu anak pertama, tapi bukan berarti anak ke 8 Ayah nanti diberi nama Dal. Blog inipun Ayah bikin dengan nama Alif, dua bulan sebelum kamu lahir karena kami mantap tidak akan merubah nama itu. Nama tengahmu Kaindra, tapi dihilangkan karena Bunda kurang sreg. Singkat cerita kamu lahir dan di minggu ketiga Ayah dan Bunda mengadakan pengajian sekaligus acara potong rambut dan pemberian nama. Dan kamu tahu, dua jam sebelum acara pengajian untuk pemberian nama dimulai Ayah dan Bunda belum menemukan nama belakangmu. Bunda keberatan dengan Hardi Putera dan memilih mengganti dengan nama lain.

Jadi dua jam sebelum acara, Ayah yang sedang dikantor dengan banyak urusan dan Bunda di rumah dengan semua kesibukan kalang kabut mencari nama belakangmu. Dan diberkatilah Google, satu jam sebelum acara pemberian nama akhirnya namamu kami dapatkan dengan bantuan Google. Dari sepuluh bulan waktu yang disediakan, nama lengkapmu ditemukan di saat-saat terakhir akan ditetapkan.

Muhammad Alif Shidqi, itulah namamu.

3 komentar:

Ramy mengatakan...

hahaha ngakak liat ada chiki kenji XD
ih Om Payjo ini kok sama banget pikirannya sama saya, dari dulu saya udah nentuin kalo punya anak nama belakangnya Humam, sebagai tanda dimulainya klan Humam XD

wah bagus tuh namanya, depannya M, kalo di absen sekolah di tengah-tengah, gak awal gak akhir, enak *truestory.jpg*

Payjo mengatakan...

Semoga istrimu memperbolehkan Ram, nama Humam menjadi nama keluarga. Tapi betewe, Humam itu artimya apa sih?

Ramy mengatakan...

kata mama Humam teh artinya "Maharaja", atau "Singa", eh barusan search, ternyata bisa juga artinya "Besar Ambisi". Aduh ketampol deh, ambisi saya kurang besar

Posting Komentar

 
;