Dear anakku
Antara
jam empat atau jam setengah lima, tergantung kamu bangun jam berapa di
pagi hari, sampai jam delapan pagi adalah waktu antara Ayah dan kamu.
Biarkan bunda sibuk menyapu, mencuci, bikin sarapan atau kadang masih
terlelap dalam tidur. Kita akan jalan - jalan keliling komplek. Berhenti
setiap ada tanaman perdu yang berbunga, tanaman perdu yang pada
ujungnya ada serbuk halus, tanaman perdu yang di ujung daunnya ada
serangga. Kita berdua akan jongkok, atau kadang sampai duduk di tanah.
Ayah akan sedikit bercerita tentang nama bunga, tanaman atau serangga
yang kita amati. Ayah ajari kamu bagaian mana dari tanaman semak perdu
itu yang bisa kamu ambil, biasanya bunganya yang bisa kita mainkan.
Seringnya malah bunganya kamu makan.
Kita
akan berhenti setiap ada kucing. Kucing liar, kucing dengan luka di
sekujur badan, kucing yang asyik duduk di atas pagar rumah orang, kucing
yang bangun kepagian. Kita akan berhenti setiap ada burung. Burung yang
mulai bernyanyi jam enam pagi, burung gereja di atas kabel rumah mandor
komplek, burung besi yang kamu takut dengar suaranya.
Tujuan
kita biasanya ke rumah Nenek, yang belakangan ini kita panggil Umi
saja. Biar panggilan Ayah dan kamu sama, walaupun Umi adalah ibu bagi
Ayah dan nenek bagi kamu. Lihat nanti saja bagaimana soal penyebutan
ini. Ayah juga dulu memanggil Uwa kepada semua saudara Umi, tidak ada
Mamang dan tidak ada Bibi. Kita akan disambut dengan suara - suara dari
Uwa Diong, Uwa Obed, Umi, Om Dimmy, Mamah, Tante Kiki, Tante Lina, Tante
Heni dan siapa saja yang kebetulan sedang ada di sana dengan memanggil
nama Alif.
Kamu
pasti menoleh mencari asal suara, lalu seolah merespon dengan kesan tak
acuh, menunjuk ke arah lain sambil melenguh kemudian menarik tangan
Ayah berlari kecil entah ke mana. Bukan karena kamu sapi kamu melenguh,
tapi karena kamu belum juga bisa bicara.
Rumah
Umi memang dekat, cuma kita harus menaiki turab dengan tinggi lima
meter. Kalau licin dan tangga kayu Ayah pikir cukup berbahaya, maka kita
akan berjalan memutar melewati rental PS milik Om Komeng, saudara kita juga. Entah bagaimana hubungan kekerabatan kita dengan Om Komeng, yang Ayah tahu kita saudara. Tapi sebelum rental PS Om Komeng, ada dua tempat yang mewajibkan kita untuk sekedar berhenti sejenak. Pohon buah cerry dimana kamu akan menengadah dan menunjuk ke atas, isyarat untuk Ayah mencari barang satu atau dua buah yang matang untuk kamu. Hal yang sama akan berulang ketika kita pulang dari rumah Umi nanti. Yang kedua adalah tanjakan conblock. Alasannya karena kamu senang menuruni turunan, entah karena apa. Ada sensasi apa jalan terhuyung - huyung menuruni turunan?
Jam setengah delapan Ayah harus sudah mandi, biasanya kita berdua mandi bareng. Kadang bertiga dengan Bunda. Menertawakan buih shampo yang menempel di pusar, saling menggosok punggung pakai sabun, atau sekedar berkecipak - kecipak memainkan air keran.
Jam 7 malam baru Ayah pulang kerja, kadang menemukan kamu masih segar dan kita masih bisa bermain. Kadang kamu sudah dalam keadaan mengantuk dengan mood yang jelek kalau diajak bercanda. Seringnya kamu sudah tidur sampai sore. Paling malam jam sembilan malam kamu sudah tidur, dan Ayah akan mendapat kesempatan bermain dengan kamu besok pagi, dan cerita ini akan berulang ke paragraf pertama.
Hari Sabtu dan Minggu akan menjadi hari yang panjang buat kita berdua karena Ayah libur, sesekali memang harus masuk kuliah walau enggan.
Alif, ayah penasaran ketika kamu sudah masuk SMA dan kita syukur - syukur punya komunikasi yang baik. Kita akan duduk - duduk di pinggiran tempat tidur dan Ayah akan bertanya berapa banyak peristiwa yang kamu masih ingat ketika kamu masih berumur setahun setengah?
Kamu mungkin akan ingat sedikit, atau malah tidak ingat sama sekali. Karena inilah Ayah membuat blog ini buat kamu. Agar kamu mampu mengingat peristiwa dan kejadian keluarga kita, tentang kamu, Ayah dan Bunda dari sudut pandang Ayah ketika kamu masih belum cukup mampu untuk mengingat.